Curah Hujan


     Sinar matahari yang mengenai air laut, danau, rawa, sungai maupun parit, airnya akan mengalami penguapan. Udara yang banyak mengandung uap air akan terbawa angin membumbung tinggi ke angkasa,   
     Semakin tinggi semakin rendah suhunya. Pada ketinggian tertentu uap air tersebut akan mengalami pendinginan dan pengembunan (kondensasi), sehingga terbentuk awan. Jika awan sangat padat maka titik-titik air bergabung satu dengan yang lain sehingga menjadi tetesan air dan akan jatuh kembali ke bumi menjadi hujan. Curah hujan adalah banyaknya air yang jatuh ke permukaan bumi. Banyaknya curah hujan dapat diukur dengan alat penakar hujan (rain gauge). Alat ini dipasang pada tempat yang bebas penghalang dan tidak terlindung, baik olah pohon maupun bangunan. Hasil pengukuran curah hujan dapat dituangkan pada sebuah peta dalam bentuk garis isohiet. Garis isohiet adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang sama.
     Curah hujan ini diukur selama 24 jam, sehingga dapat diukur banyaknya hujan, baik harian, bulanan, maupun tahunan. Satuan curah hujan adalah milimeter (mm). Jika hujan dalam sebulan sebesar :
  • kurang dari 60 mm disebut bulan kering
  • antara 60-100 mm disebut bulan lembap, dan
  • lebih dari 100 mm disebut bulan basah.


Berdasarkan proses terjadinya, curah hujan dapat dibedakan menjadi :

  1. Hujan Zenital atau Hujan Tropikal atau Hujan Konveksi

    Adalah hujan di daerah tropika yang terjadi karena udara yang mengandung uap air naik secara vertikal (konveksi). Udara yang naik mengalami penurunan sehu, sehingga pada ketiggian tertentu terjadi proses kondensasi dan pembentukan awan. Setelah awan itu tidak mampu menahan kumpulan titik-titik air, terjadilah hujan konveksi. Hujan konveksi banyak terjadi di daerah tropik, terutama di daerah yang memiliki intensitas penyinaran matahari yang selalu tinggi atau di daerah-daerah daratan yang luas. Setelah terjadi proses pemanasan yang tinggi, udara di sekitar daerah tersebut naik secara vertikal.

  2. Hujan Orografi (hujan pegunungan) 

    Terjadi jika gerakan udara yang mengandung uap air terhalang oleh pegunungan, sehingga massa udara tersebut dipaksa naik ke lereng pegunungan. Akibatnya seuhu massa udara tersebut menjadi dingin. Hingga pada ketinggian tertentu terjadi proses kondensasi dan terbentuklah awan. Pada saat awan tidak mampu menahan kumpulan titik-titik air, terjadilah hujan orografis. Hujan orografis dijatuhkan di lereng pegunungan yang menghadap ke arah datangnya angin (lereng muka). Daerah yang membelakangi arah datangnya angin (lereng belakang) dinamakan daerah bayangan hujan. Daerah bayangan hujan merupakan daerah kering, karena angin yang datang merupakan angin yang kering dan panas, atau angin fohn.

  3. Hujan Frontal

    Adanya hujan yang terjadi karena adanya pertemuan massa udara yang panas dan dingin. Hujan biasanya lebat, hujan ini terjadi pada daerah lintang sedang dan jarang terjadi di daerah tropika karena suhu massa udara di daerah tropika hampir seragam.


1 komentar: