Bumi dan Anda I


Wi-Fi Bikin Tanaman Layu dan Mati

Jika selama ini kita sering dengar kalau jaringan internet wireless (nir kabel) alias Wi-Fi bisa menganggu kesehatan manusia, bagaimana dampak Wi-Fi bagi pada manusia? Ternyata, menurut sebuah penelitian terbaru yang dikutip Pop Science beberapa waktu lalu, Wi-Fi pun berdampak negatif pada tanaman. Mereka bisa layu dan mati gara-gara Wi-Fi. Penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Wageningen University di Belanda itu menemukan bahwa tanaman yang berada di area Wi-Fi aktivitas tinggi sepert id i perkotaan, mengalami gejala aneh yang nggak tidak berhubungan dengan bakteri atau virus tertentu. Gejala-gejala yang dimaksud adalah meliputi perubahan warna, retakan pada kulit pohon, rontoknya bagian daun dan pertumbuhan yang tidak normal. Kondisi ini sangat berbeda dengan yang dialami tumbuhan di wilayah yang jauh dari Wi-Fi area. Selama penilitian 3 bulan, para peneiti menguju 20 pohon khas Eropa, pohon ash, dan sengaja memaparkan berbagai jenis radiasi. Hasilnya, pohon ash yang terpapar sinyal Wi-Fi memperlihatkan gejalan "sakit" akibat radiasi.



Pembekuan Global Lebih Mengerikan dari Pemanasan Global 

Sekarang semua orang ribut soal global warming alias pemanasan global. Tapi, kamu tahu tidak, di masa lalau orang justru lebih khawatir dengan pembekuan global. Ilmuwan masih berdebat atas fenomena yang disebut "Snowball Earth" atau bola salju Bumi. Belum jelas bagaimana Bumi mengalami Snowball Earth yakni membeku dengan sendirinya. Namun, satu kelompok peneliti mempelajari bahwa pemanasan global dari efek rumah kaca yang berlebihan telah mengakhiri masa pendinginan global bertahun-tahun. Bukti adanya Snowball Earth diperoleh dari data paleomagnetik yang diambil dari deposit glasial kuno. Dari sifat magnetik itu, para ahli geologi menyimpulkan adanya batuan es yang berasal dari lintang rendah. Hasil mengejutkan, bahwa Bumi pernah menjadi planet beku. "Saat Anda menemukan bukti lapisan es di kawasan tropis maka semua ini berasal dari "Snowball," kata Alexander Pavlov dari University of Arizona. Es memantulkan lebih dari dua kali sinar matahari yang mengarah ke tanah gundul atau lima kali lipat pantulan air. Akibatnya, saat es menyebar maka semakin sedikit panas yang dipertahankan di permukaan. Suhu rata-rata global saat itu di perkirakan mencapai minus 50 derajat celcius. Oow... Jika begitu, baik pemanasan global maupun pembekuan global sama-sama mengerikan.



Gara-gara Global Warming, 4 Ribu Pulau di Indonesia Terancam Tenggelam

Dari data tahun 2004 yang dikutip wikipedia, total jumlah ppulau di Indonesia saat ini berjumlah 17.504 pulau. Jumlah itu di masa depan bisa jadi berkurang sampai 4 ribu pulau. Hal ini jelas bisa terjadi apabila perubahan iklim global yang kerap disebut global warming tak diatasi semua bangsa. Perubahan iklim akibat global warming bisa mengakibatkan naiknya permukaan air laur yang ujungnya bisa menenggelamkan 4 ribu pulau pulau tersebut. Hal ini dikatakan Utusan Khusus Kepala Unit Kerja Presiden untuk Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan (UKP4) Wiliam Sabandar. Menurutnya, ancaman hilangnya 4 ribu pulau yang dimiliki Indonesia bisa terjadi jika muka air laut naik hingga dua meter. Perubahan iklim saat ini dapat terlihat dari suhu bumi yang mengalami peningkatan rata-rata lebih panas 0,7 derajat celcius dari kondisi 100 tahun yang lalu. Bahkan, dalam 15 tahun terakhir sejak 1995 hingga 2010 merupakan tahun-tahun terpanas dalam kurun waktu 150 tahun terakhir sejak 1850. perubahan temperatur bumi ini yang bisa memicu naiknya permukaan laut dan mengancam negara kepulauan seperti Indonesia kita.



Rusia Siapkan 2 Milliar Dollar untuk Bersihkan Sampah di Angkasa



Jangan mengira sampah hanya ada di tanah dan lautan. Luar angkasa kita juga tak luput dari sampah buatan manusia. Sampah di angkasa umumnya bukan sisa makanan atau bekas kaleng minuman, melainkan satelit yang tak lagi beroperasi dan dibiarkan mengorbit bumi meski tak berfungsi. Sedikit gambar gembira datang dari Rusia baru-baru ini, seperti dikutip dari Pop Science. Sebuah perusahaan antariksa Rusia, Energia, tengah menanam investasi senilai 2 milliar dollar Amerika atau setara Rp 18 triliun untuk membuat pesawat pesawat antariksa yang tugasnya membersihkan sampah-sampah di luar angkasa. Pesawat antariksa ini tugasnya akan menyingkirkan satelit-satelit mati agar bisa terbakar di atmosfer atau jatuh ke laut, dan tak membahayak njalur lalu lintas luar angkasa. Energia berharap pesawat buatan mereka selesai tahun 2020 dan siap beroperasi 3 tahun kemudian. Pesawat Energia diperkirakan akan beroperasi selama 15 tahun. Untuk membersihkan sampah angkasa dalam jumlah banyak.


0 komentar:

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39

Posting Komentar